Comunity

Pasar Yaik Surakarta

Disebut Pasar Yaik, konon karena kata ya…ikk…! terucap dari mulut penjual sebagai pertanda terjadi kesepakatan, deal harga dengan pembeli, setelah diwarnai tawar-menawar yang sengit, namun penuh keakraban.

This is WIndujenar

#

This is triwindu

Pasar Triwindu (yang kini berganti nama menjadi Pasar Windujenar)

This is batik laweyan

tren kehidupan urban yang akan membentuk kota di masa depan yang lebih ramah lingkungan

This is taman balekambang

Taman Balekambang kini benar-benar indah, nyaman untuk rekreasi keluarga.

Senin, 14 Maret 2011

sumatra barat,all abaut west sumatra

Geo_education
Rouf Khoirul B | A61008003



SUMATRA BARAT





Propinsi Sumatera Barat menurut kedudukan Geografis terletak antara 0°54’ Lintang Utara sampai 3°30’ Lintang Selatan serta 98°36’ sampai 101°53’ Bujur Timur dengan luas total Wilayah sekitar 42.297,30 Km2 ( 4.297.300 ha); termasuk 375 buah pulau besar dan kecil. Secara administrasi Propinsi Sumatera Barat terdiri dari 19 (sembilan belas) Kabupaten dan Kota yaitu :
1. Kabupaten Padang Pariaman
2. Kabupaten Agam
3. Kabupaten Pasaman
4. Kabupaten Pasaman Barat ( Pemekaran dari Kabupaten Pasaman )
5. Kabupaten Limapuluh Kota
6. Kabupaten Sawahlunto Sijunjung
7. Kabupaten Dharmasraya ( Pemekaran Kabupaten Sawahlunto / Sijunjung)
8. Kabupaten Solok
9. Kabupaten Solok Selatan ( Pemekaran Kabupaten Solok)
10. Kabupaten Tanah Datar
11. Kabupaten Pesisir Selatan
12. Kabupaten Kepulauan Mentawai
13. Kota Padang
14. Kota Solok
15. Kota Sawahlunto
16. Kota Payakumbuh
17. Kota Bukittinggi
18. Kota Padang Panjang
19. Kota Pariaman.

Sedangkan luas perairan laut Propinsi Sumatera Barat diperkirakan 186.500 Km2. Panjang garis pantai Propinsi Sumatera Barat 2.420.357 Km, yang meliputi 6 (enam) Kabupaten/Kota dengan perincian panjang pantai sebagai berikut :

- Pasaman Barat = 142.955 Km
- Agam = 38.469 Km
- Padang Pariaman & Kota Pariaman = 62.332 Km
- Padang = 99.632 Km
- Pesisir Selatan = 278.200 Km
- Kepulauan Mentawai = 1.798.800 Km

Secara administratif, wilayah Propinsi Sumatera Barat berbatasan :
1. Disebelah Utara dengan Propinsi Sumatera utara
2. Disebelah Selatan dengan Propinsi Bengkulu
3. Disebelah Timur dengan Propinsi Riau & Jambi
4. Disebelah Barat dengan Samudera Hindia




ARTI BENTUK

Bentuk perisai persegi lima, melambangkan bahwa propinsi Sumatera Barat adalah merupakan salah satu dari daerah-daerah propinsi dalam lingkungan wilayah negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

ARTI GAMBAR
• Rumah Gadang/Balai Adat adalah tempat bermufakat atau tempat lahirnya filsafat alam pikiran Minangkabau yang mashur, demokrasi menurut alur dan patut sebagai lambang konsekwen melakanakan demokrasi.
• Atap Masjid Bertingkat Tiga dan Bergonjong Satu melambangkan salah satu dari bentuk rumah ibadah yang khas menurut arsi tektur alam Minangkabau asli, yang melambangkan agama Islam sebagai salah satu agama yang pada umumnya dipeluk masyarakat.
• Bintang Segi Lima melukiskan nur cahaya dari pada dasar Ketuhanan Yang Maha Esa.
• Atap Rumah Gadang/Balai Adat Minangkabau Bergaya Tajam dan Runcing ke Atas merupakan gaya pergas yang tangkas dalam seni bangunan khas alam Minangkabau yang melambangkan sifat rakyatnya yang dinamis, bekerja keras dan bercita-cita luhur untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.
• Empat Buah Gonjong Rumah Adat/Balai Adat dan Sebuah Gonjong Mesjid yang Menjulang Tinggi Keangkasa melambangkan keluruhan sejarah Minangkabau dari zaman ke zaman dalam semboyan kata "Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabulah ".
• Gelombang Air Laut adalah suatu lambang dinamika dari masyarakat Minangkabau.

ARTI MOTTO

"Tuah Sakato" berarti sepakat untuk melaksanakan hasil mufakat/musyawarah dan sebagai slogan kata (tanda kebesaran) yang terkandung dalam peribahasa Indonesia "Bersatu Kita Teguh Bercerai Kita Runtuh
ARTI WARNA

Warna dalam lambang ini berarti/bermakna, Putih berarti suci, Merah Jingga berarti berani, Kuning Emas berarti agung, Hitam Pekat berarti abadi, tabah, ulet/tahan tapo, Hijau Cerah Berseri harapan masa depan

TONGGAK SEJARAH SUMATRA BARAT
D
i pelosok desa Mahat, Suliki Gunung Mas, Kabupaten Lima Puluh Kota banyak ditemukan peninggalan kebudayaan megalitikum. Bukti arkeologis yang dite¬mukan di atas bisa memberi indikasi bahwa daerah Lima Puluh Kota dan sekitarnya merupakan daerah pertama yang dihuni oleh nenek moyang orang Minangkabau. Penafsiran ini ber¬alasan, karena dari luhak Lima Puluh Kota ini mengalir beberapa sungai besar yang bermuara di pantai timur pu¬lau Sumatera. Sungai-sungai ini dapat dilayari dan memang menjadi sarana transportasi yang penting dari zaman dahulu hingga akhir abad yang lalu.
Nenek moyang orang Minang¬kabau diduga datang melalui rute ini. Mereka berlayar dari daratan Asia (In¬dochina) mengarungi Laut Cina Sela¬tan, menyeberangi Selat Malaka dan kemudian melayari sungai Kampar, sungai Siak, dan sungai Inderagiri. Setelah melakukan perjalanan panjang, mereka tinggal dan mengembangkan kebudayaan serta per¬adaban di wilayah Luhak nan Tigo (Lima Puluh Kota, Agam, Tanah Datar) sekarang.
Percampuran dengan para penda¬tang pada masa-masa berikutnya me-nyebabkan tingkat kebudayaan mere¬ka jadi berubah dan jumlah mereka ja¬di bertambah. Lokasi pemukiman mereka menjadi semakin sempit dan akhirnya mereka merantau ke berba¬gai bagian Sumatera Barat yang lainnya. Sebagian pergi ke utara, menuju Lubuk Sikaping, Rao, dan Ophir. Sebagian lain pergi ke arah selatan menuju Solok, Sijunjung dan Dharmasraya. Banyak pula di antara me¬reka yang menyebar ke bagian barat, teruta¬ma ke daerah pesisir, seperti Tiku, Pariaman, dan Painan.
Kerajaan-kerajaan Minangkaba
Pada periode abad ke-1 hingga abad ke-16, banyak berdiri kerajaan-kerajaan kecil di selingkaran Sumatera Barat. Kerajaan-kerajaan itu antara lain Kesultanan Kuntu, Kerajaan Kandis, Kerajaan Siguntur, Kerajaan Pasumayan Koto Batu, Bukit Batu Patah, Kerajaan Sungai Pagu, Kerajaan Inderapura, Kerajaan Jambu Lipo, Kerajaan Taraguang, Kerajaan Dusun Tuo, Kerajaan Bungo Setangkai, Kerajaan Talu, Kerajaan Kinali, Kerajaan Parit Batu, Kerajaan Pulau Punjung dan Kerajaan Pagaruyung. Kerajaan-kerajaan ini tidak pernah berumur panjang, dan biasanya berada dibawah pengaruh kerajaan-kerajaan besar, Malayu dan Pagaruyung.
Kerajaan Malayu
Kerajaan Dharmasraya
Kerajaan Malayu diperkirakan pernah muncul pada tahun 645 yang diperkirakan terletak di hulu sungai Batang Hari. Berdasarkan Prasasti Kedukan Bukit, kerajaan ini ditaklukan oleh Sriwijaya pada tahun 682. Dan kemudian tahun 1183 muncul lagi berdasarkan Prasasti Grahi di Kamboja, dan kemudian Negarakertagama dan Pararaton mencatat adanya Kerajaan Malayu yang beribukota di Dharmasraya. Sehingga muncullah Ekspedisi Pamalayu pada tahun 1275-1293 di bawah pimpinan Kebo Anabrang dari Kerajaan Singasari. Dan setelah penyerahan Arca Amonghapasa yang dipahatkan di Prasasti Padang Roco, tim Ekpedisi Pamalayu kembali ke Jawa dengan membawa serta dua putri Raja Dharmasraya yaitu Dara Petak dan Dara Jingga. Dara Petak dinikahkan oleh Raden Wijaya raja Majapahit pewaris kerajaan Singasari, sedangkan Dara Jingga dengan Adwaya Brahman. Dari kedua putri ini lahirlah Jayanagara, yang menjadi raja kedua Majapahit dan Adityawarman kemudian hari menjadi raja Pagaruyung.
Sumatra Barat sudah di huni manusia sejakzaan prasejarah, ejarah propinsi Sumatera Barat menjadi lebih terbuka sejak masa pemerintahan Adityawarman. Ra¬ja ini cukup banyak meninggalkan prasasti mengenai dirinya, walaupun dia tidak pernah mengatakan dirinya sebagai Raja Minangkabau. Aditya¬warman memang pernah memerintah di Pagaruyung, suatu negeri yang di¬percayai warga Minangkabau sebagai pusat kerajaannya.
Adityawarman adalah tokoh pen¬ting dalam sejarah Minangkabau. Di samping memperkenalkan sistem pe¬merintahan dalam bentuk kerajaan, dia juga membawa suatu sumbangan yang besar bagi alam Minangkabau. Kon-tribusinya yang cukup penting itu adalah penyebaran agama Buddha. Agama ini pernah punya pengaruh yang cukup kuat di Minangkabau. Ter¬bukti dari nama beberapa nagari di Sumatera Barat dewasa ini yang berbau Budaya atau Jawa seperti Saruaso, Pa¬riangan, Padang Barhalo, Candi, Bia¬ro, Sumpur, dan Selo.
Sejarah Sumatera Barat sepe¬ninggal Adityawarman hingga perte¬ngahan abad ke-17 terlihat semakin kompleks. Pada masa ini hubungan Su¬matera Barat dengan dunia luar, ter¬utama Aceh semakin intensif. Sumate¬ra Barat waktu itu berada dalam dominasi politik Aceh yang juga memo¬nopoli kegiatan perekonomian di dae¬rah ini. Seiring dengan semakin inten¬sifnya hubungan tersebut, suatu nilai baru mulai dimasukkan ke Sumatera Barat. Nilai baru itu akhimya menjadi suatu fundamen yang begitu kukuh melandasi kehidupan sosial-budaya masyarakat Sumatera Barat. Nilai baru tersebut adalah agama Islam.
Syekh Burhanuddin dianggap sebagai pe¬nyebar pertama Islam di Sumatera Barat. Sebelum mengembangkan aga¬ma Islam di Sumatera Barat, ulama ini pernah menuntut ilmu di Aceh.
Sungai dan lautan adalah pokok sarana perindahan penduduk,salah satu nenek moyang orang Sumatra barat yang tercatat,adalah sutan balun dengan gelar datu perpatih sebatang,pengruh hindu berjalan hamper 15 abad dan Sumatra barat pun sudah di kenal oleh negara2 lain.
Islam masuk ke minangkabau lewat siak dan Indragiri,ulama yang brjasa mengembangkan islam minang adalah syeh burhanudin dari 1513 – 1533, Perlawanan terhadap Belanda di Sumatera Barat pada awal abad ke-20 memiliki warna Islam yang pekat. Dalam hal ini gerakan Islam modernis atau yang lebih dikenal sebagai Kaum Muda sangat besar peranannya.
Ulama-ulama Kaum Muda mendapat pengaruh besar dari modernis Islam di Kairo, yaitu Muhammad Abduh dan Syekh Muhammad Rasyid Ridha, dan juga senior mereka Jamaluddin Al-Afghani. Para pemikir ini punya kecenderungan berpolitik, namun karena pengaruh Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi yang menjadi guru ulama Kaum Muda generasi pertama mereka umumnya hanya memusatkan perhatian pada dakwah dan pendidikan. Abdullah Ahmad mendirikan majalah Al-Munir (1911-1916), dan beberapa ulama kaum Muda lain seperti H. Abdul Karim Amrullah (Haji Rasul) dan Muhammad Thaib ikut menulis di dalamnya.
Tahun 1918 sebagai kelanjutan perguruan agama tradisional Surau Jembatan Besi berdirilah sekolah Sumatera Thawalib. Selain pendirinya H. Abdul Karim Amrullah guru lain yang berpengaruh di sekolah ini adalah Zainuddin Labai el-Yunusiah yang juga mendirikan sekolah Diniyah. Berbeda dengan Sumatera Thawalib yang terutama adalah perguruan agama sekolah Diniyah menekankan pada pengetahuan umum, seperti matematika, ilmu falak, ilmu bumi, kesehatan dan pendidikan.
Tahun –tahun bersejarah
1514 Raja alam dari paguruyung melakukan hubungan dengan portugis di malaka,
1550 Corak pemerintahan islam di minangkabau mulai kelihatan
1832 Bukit tinggi di bangun benteng fort de kock nama jendral yang mendirikan
1830 Penemuan bunga reflesia arnoldi oleh rafles dan arnoldi
1837 Benteng bonjol dihancurkan belanda Setelah pengepungan selama empat tahun ,bonjol di ajak tetapi di tangkap dan di buang ke makasar
1942 Pelabuhan teluk bayur diserang jepang,beberapa kapal belanda tenggelam merdeka
1945 indonesia merdeka

Aspek pariwisata
Banyak terdapat potensi wilayah di Sumatra barat semisal
 Pantai air manis
 Taman siti nurbaya
 Kepuluan mentawai
 Bukit tinggi
 Goa jepang
 Ngarai sianok
 Ngalau kamang
 Puncak lawang
 Danau maninjau
 Batusangkar



Pariwisata di bukit tinggi antara lain
JAM GADANG
J
am Gadang adalah landmark kota Bukittinggi dan provinsi Sumatra Barat di Indonesia. Simbol khas Sumatera Barat ini pun memiliki cerita dan keunikan karena usianya yang sudah puluhan tahun. Jam Gadang dibangun pada tahun 1926 oleh arsitek Yazin dan Sutan Gigi Ameh. Peletakan batu pertama jam ini dilakukan putra pertama Rook Maker yang saat itu masih berumur 6 tahun. Jam ini merupakan hadiah dari Ratu Belanda kepada Controleur (Sekretaris Kota).
Simbol khas Bukittinggi dan Sumatera Barat ini memiliki cerita dan keunikan dalam perjalanan sejarahnya. Hal tersebut dapat ditelusuri dari ornamen pada Jam Gadang. Pada masa penjajahan Belanda, ornamen jam ini berbentuk bulat dan di atasnya berdiri patung ayam jantan.
Pada masa penjajahan Jepang , ornamen jam berubah menjadi klenteng. Sedangkan pada masa setelah kemerdekaan, bentuknya ornamennya kembali berubah dengan bentuk gonjong rumah adat Minangkabau .
Angka-angka pada jam tersebut juga memiliki keunikan. Angka empat pada angka Romawi biasanya tertulis dengan IV, namun di Jam Gadang tertera dengan IIII.
Saat dibangun biaya seluruhnya mencapai 3.000 Gulden dengan penyesuaian dan renovasi dari waktu ke waktu. Saat jaman Belanda dan pertama kali dibangun atapnya berbentuk bulat dan diatasnya berdiri patung ayam jantan.
Sedangkan saat masa jepang berubah lagi dengan berbentuk klenteng dan ketika Indonesia Merdeka berubah menjadi rumah adat Minangkabau.
Untuk mencapai lokasi ini, para wisatawan dapat menggunakan jalur darat. Dari kota Padang ke Bukittinggi, perjalanan dapat ditempuh selama lebih kurang 2 jam perjalanan menggunakan angkutan umum. Setelah sampai di kota Bukittinggi, perjalanan bisa dilanjutkan dengan menggunakan angkutan kota ke lokasi Jam Gadang.
Sepintas, mungkin tidak ada keanehan pada bangunan jam setinggi 26 meter tersebut. Apalagi jika diperhatikan bentuknya, karena Jam Gadang hanya berwujud bulat dengan diameter 80 sentimeter, di topang basement dasar seukuran 13 x 4 meter, ibarat sebuah tugu atau monumen. Oleh karena ukuran jam yang lain dari kebiasaan ini, maka sangat cocok dengan sebutan Jam Gadang yang berarti jam besar.
Bahkan tidak ada hal yang aneh ketika melihat angka Romawi di Jam Gadang. Tapi coba lebih teliti lagi pada angka Romawi keempat. Terlihat ada sesuatu yang tampaknya menyimpang dari pakem. Mestinya, menulis angka Romawi empat dengan simbol IV. Tapi di Jam Gadang malah dibuat menjadi angka satu yang berjajar empat buah (IIII). Penulisan yang diluar patron angka romawi tersebut hingga saat ini masih diliputi misteri.
Tapi uniknya, keganjilan pada penulisan angka tersebut malah membuat Jam Gadang menjadi lebih “menantang” dan menggugah tanda tanya setiap orang yang (kebetulan) mengetahuinya dan memperhatikannya. Bahkan uniknya lagi, kadang muncul pertanyaan apakah ini sebuah patron lama dan kuno atau kesalahan serta atau lainnya. Jika dikaji apabila terdapat kesalahan membuat angka IV, tentu masih ada kemungkinan dari deretan daftar misteri. Tapi setidaknya hal ini tampaknya perlu dikesampingkan.
Sebagai jam hadiah dari Ratu Belanda kepada controleur (sekretaris kota), dan dibuat ahli jam negeri Paman Sam Amerika, kemungkinan kekeliruan sangat kecil. Tapi biarkan saja misteri tersebut dengan berbagai kerahasiaannya.
Namun yang patut diketahui lagi, mesin Jam Gadang diyakini juga hanya ada dua di dunia. Kembarannya tentu saja yang saat ini terpasang di Big Ben, Inggris. Mesin yang bekerja secara manual tersebut oleh pembuatnya, Forman (seorang bangsawan terkenal) diberi nama Brixlion.
Ketika masih dalam masa penjajahan Belanda, bagian puncak Jam Gadang terpasang dengan megahnya patung seekor ayam jantan. Namun saat Belanda kalah dan terjadi pergantian kolonialis di Indonesia kepada Jepang, bagian atas tersebut diganti dengan bentuk klenteng. Lebih jauh lagi ketika masa kemerdekaan, bagian atas klenteng diturunkan diganti gaya atap bagonjong rumah adat Minangkabau.
Pantai Air Manis
Di selatan kota Padang, terhampar pantai yang airnya begitu jernih. Apabila angin bertiup sepoi-sepoi, bunyi ombaknya bagaikan suara nyanyian alam yang terdengar manis dan lembut. Oleh penduduk setempat pantai tersebut disebut "Pantai Air Manis". Karena keindahannya pula Pantai Air Manis banyak dikunjungi orang untuk berekreasi dan mencari hiburan bertamasya alam. Tak jauh dari pantai Air Manis, terdapat sebuah pulau yang bernama "Pulau Pisang Kecil" yang banyak dihuni oleh monyet-monyet liar akan tetapi cukup bersahabat dengan orang-orang yang berkunjung ke tempat tersebut.
Apabila ada badai, ombak besarnya bergulung-gulung datang dari tengah lautan yang kemudian terhempas di pantai. Di pantai itulah terdapat bukit yang menjorok ke arah laut. Kaki bukit itupun terdiri atas batu-batu besar. Jika ombak besar menghantam batu-batu besar itu, percikan airnya tinggi sekali. Bunyinya seperti orang yang melolong, memilukan, menyayat hati bagi orang yang mendengarnya. Terkadang suaranya seperti orang yang meratap menyesali diri.
Konon menurut cerita turun temurun rakyat setempat, batu-batu besar itu dahulunya adalah badan kapal Malin Kundang yang dihempas ombak sampai pecah berkeping-keping. Suara yang memilukan hati berasal dari teriakan dan ratap tangisnya yang meminta ampun atas kedurhakaan kepada ibunya.
Diantara hamparan batu-batu pecahan kapal Malin Kundang tersebut ada yang bentuknya menyerupai orang yang sedang bersimpuh meratap memohon ampun. Konon pula itu adalah batu Malin Kundang yang telah berubah menjadi batu karena dosa-dosanya yang tak terampunkan, durhaka pada ibunya yang telah bersusah payah membesarkanya sehingga Tuhan mengazabnya menjadi batu.
Benteng Fort de Kock

Masih ingat Perang Paderi di mana tokoh adat Sumatera Barat, Tuanku Imam Bonjol memimpin perlawanan rakyat Minangkabau melawan serdadu Belanda yang mencoba menjajah tanah Minang? Pemerintah penjajah Hindia Belanda akhirnya merasa penting membangun sebuah benteng sebagai pertahanan pemerintah dalam menghadapi perlawanan rakyat.

Benteng Fort de Kock didirikan pada tahun 1825 oleh Kapten Bauer di atas Bukit Jirek Negeri, Bukit Tinggi. Hingga saat ini, Benteng Fort de Kock masih menjadi saksi bisu angkuhnya penjajahan Belanda pada saat itu untuk berkuasa atas Minangkabau dan sisa-sisa keangkuhannya masih tersirat dalam bangunan setinggi 20 meter dengan warna cat putih dan hijau ini.

Benteng Fort de Kock dilengkapi dengan meriam kecil di keempat sudutnya. Kawasan sekitar benteng sudah dipugar oleh pemerintah daerah menjadi sebuah taman dengan banyak pepohonan rindang dan mainan anak-anak.

Keduanya dihubungkan oleh Jembatan Limpapeh yang di bawahnya adalah jalan raya dalam kota Bukit Tinggi. Memang kawasan ini hanya terletak 1 km dari pusat kota Bukit Tinggi di kawasan Jam Gadang, tepatnya di terusan jalan Tuanku nan Renceh. Bukit Tinggi sendiri dapat ditempuh sekitar 2 jam dari Kota Padang sebagai ibukota provinsi Sumatera Barat.
Benteng Fort de Kock ini didirikan oleh Kapten Bauer pada tahun 1825 di atas Bukit Jirek negeri Bukit Tinggi sebagai kubu pertahanan pemerintahan Hindia Belanda menghadapi perlawanan rakyat dalam Perang Paderi yang dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol.
Ketika itu Baron Hendrick Markus de Kock menjadi Komandan de Roepoen dan Wakil Gubernur Jenderal Pemerintahan Hindia Belanda. Dari sinilah nama lokasi ini menjadi Benteng Fort de Kock.
Taman siti nur baya
Taman Siti Nurbaya merupakan salah satu kawasan wisata yang terletak di sebelah barat Kota Padang. Hanya perlu waktu kurang dari setengah jam untuk mencapai kawasan ini. Sekitar 500 meter dari kawasan ini, pengunjung terlebih dahulu akan melintasi Jembatan Siti Nurbaya.

Jembatan yang melintang di atas Sungai Batang Arau ini berwarna merah hati dengan banyak lampu jalan menyerupai balon. Jembatan ini menghubungkan akses menuju kawasan Taman Siti Nurbaya dengan terusan Jalan Nipah.

Makam Siti Nurbaya dapat dicapai setelah menempuh perjalanan menaiki anak tangga sepanjang 1 kilometer. Kondisi tangga baik karena sudah disemen. Namun, karena menanjak, maka perjalanan cukup menghabiskan banyak tenaga. .
Keluar dari makam Siti Nurbaya dan menaiki kembali anak tangga sepanjang 100 meter, pengunjung menemui sebuah taman yang sangat indah dengan pepohonan yang rindang dan bangku dari semen.
Budaya
Tarian daerah
Tari piring,melambangkan suasana kegotongroyongan rakyat dalam menunaikan tugasnya,
tari piring,di tarik oleh pasangan muda mudi selindungi sang priya selalu melindungi kepala sang wanitia
Rumah adat
Rumah gadang di Sumatra barat rumah untuk tempat tinggal,rumah tersebut dapat di kenali dari tonjolan atapnya yang mencuat ke atas.
Rumah gadang mempunyai 2-3 lumbung padi diantara lain si bayo-bayo artinya persediaan padi bagi keluarga dari rantau.
Pakaian Adat
Kaum pria Sumatra barat memakai tutup kepala yang di sebut seluak dan kain songket melingkar di depan perut, dan wanita memakai tutup kepala bergonjong dan memakai perhiasan dan kain songket menyelembang di bahu.
Senjata Tradisional
Senjata tradisional adalah karih (jenis senjata tikam)




Lampiran Gambar

Malin kundang jam gadang

Ex; Rumah adat,Tarian,senjata,dan pakaian adat of west sumatra

lyric_lagu guns n roses

Guns N Roses - Don't Cry Lyrics

If we could see tomorrow
What of your plans
No one can live in sorrow
Ask all your friends
Times that you took in stride
They're back in demand
I was the one who's washing
Blood off your hands


Don't you cry tonight
I still love you baby
Don't you cry tonight
Don't you cry tonight
There's a heaven above you baby
And don't you cry tonight


I know the things you wanted
They're not what you have
With all the people talkin' it's drivin' you mad
If I was standin' by you how would you feel
Knowing your love's decided
And all love is real


An don't you cry tonight
Don't you cry tonight
Don't you cry tonight
There's a heaven above you baby
And don't you cry tonight


I thought I could live in your world
As years all went by
With all the voices I've heard
Something has died
And when you're in need of someone
My heart won't deny you
So many seem so lonely
With no one left to cry to baby


An don't you cry tonight
An don't you cry tonight
An don't you cry tonight
There's a heaven above you baby
And don't you cry
Don't you ever cry
Don't you cry tonight
Baby maybe someday
Don't you cry
Don't you ever cry
Don't you cry
Tonight

Rouf Khoirul Basyar. Diberdayakan oleh Blogger.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More